Blogger Widgets selamat datang di alunan sendu semoga postingan saya mewakili perasaan anda hari ini ! ! !
RSS

Mau buat buku tamu ini ?
Klik di sini

Daftar Isi

Cinta 22 Hari

Di teras rumahku ku duduk terdiam sendiri, memikirkan jawaban apa yang harus aku berikan kepadanya. Rasa bahagia, aneh, serta tak menyangka hari itu ku rasakan. Ku selalu terbayang kata-kata yang membuatku bingung harus bagaimana. Di dalamkelas kejadian itu berlangsung dia menyatakan perasaannya padaku.
“Rin kamu mau ga jadi pacar aku?”
“kamu bercanda yah?”
“aku serius Rin aku saying sama kamu”
“udah lah van kamu itu Cuma bercanda”
“ak benar-benar serius Rin”
Ku terdiam sejenak.
“ya udah kalo belum ada jawabannya aku tunggu jawabannya besok”
Dia pun pergi meninggalkan ku, aku segera pulang ke rumah. Sore hari dia menelponku, ku hanya terdiam tak mengangkat telpon dari dia. Tiga kali dia menelpon ku berturut-turut dia pun mengirim pesan singkat lewat sms.
“Rin gimana udah ada jawabannya?”
Aku tak membalas smsnya. Malam harinya dia menelponku lagi. Kali ini aku mengangkat telponnya.
“halo”
“halo Rin. Tadi krnapa aku nelpon ga di angkat?”
“oh, maaf aku lagi tidur tadi”
“oh, kirain apa. Oh ya, gimana udah ada jawabannya belum?”
“kan besok van?”
“kalo udah ada sekarang juga gpp ko. Lebih cepat lebih baik hhehe”
“emh, kamu bercanda apa serius sih?”
“aku serius Rin kamu ga percaya?”
“engga, aku bingung aja padahal di kelas kita sama-sama cuek. Tapi kenapa kamu bisa suka sama aku?”
“itu kan perasaan Rin”
Malam itu kita ngobrol sampai larut malam.
Keesokan harinya dia menjemputku di rumah, aku kaget dia terus menanyakan jawaban itu. Dan akhirnya aku menjawab kalo aku mau jadi pacarnya. Hari itu hari pertama aku berangkat bareng ke sekolah bareng dia. Meskipun kita udah pacaran namun sikap kita masih sama seperti sebelum kita pacaran. Banyak teman-teman yang tak percaya dan tak menyangka kalau aku dan Irvan bakal jadian. Hari-hari ku lewati bersamanya. Setiap hari aku di antar jemput oleh Irvan. Srminggu kita jadian dia semakin perhatian sama aku.
Hari minggu dia mengajakku main ke suatu tempat. Akupun pergi bersamanya. Sesampainya di sana aku sangat bahagia dia mengajakku ke tempat yang sangat indah. Disana kita main sampai sore. Karena hari semakin sore kita memutuskan untuk pulang dia mengantar ku pulang. Semakin hari kita pacaran semakin sering kita main bersama. Karena sering pacaran aku dan Irvan pun jadi jarang belajar sampai nilai-nilai ku di sekolah menjadi  menurun. Orang tuaku yang mengetahui hal itu langsung menyuruhku memutuskan Irvan. Aku bingung harus bagaimana aku pun berbicara kepada orang tuaku. Aku berjanji jika dalam seminggu ini nilai-nilai ku tidak berubah aku akan memutuskan Irvan. Aku pun berusaha memperbaiki nilai-nilaiku. Ternyata aku berhasil memperbaiki semua itu, aku seneng banget karena masih bisa pacaran sama Irvan.
Dua minggu pacaran hubungan kita semakin dekat. Tepat pada hari ke 25 kita jadian Irvan mengajakku pergi jalan-jalan. Sepanjang jalan ku melihat dia seperti orang kebingungan. Berkali-kali ku bertanya padanya tapi dia hanya diam.
“van kamu kenapa?”
“aku gpp ko Rin”
“kamu lagi mikirin apa ? kamu ada masalah?”
“engga ga ada apa-apa”
“aku tau van sifat kamu, kalau kamu gini pasti kamu lagi ada masalah. Cerita dong van?”
“oke aku akan cerita, tapi aku minta kamu jangan marah apalagi benci sama aku. Aku ga mau kamu gitu”
Aku semkin penasaran dengan masalah dia sampai-sampai dia bicara seperti itu.  Kita pun langsung pergi dari tempat itu menuju ke sebuah taman bunga di sana ia mulai menceritakan semua masalahnya.
“Rin, aku ga bisa bicara ini sama kamu”
“emangnya mau bicara pa sih van?”
“aku bingung Rin”
“bingung kenapa van?”
Irvan hanya terdiam tak mengeluarkan satu kata pun. Saat itu keadaan mulai sepi. Agar tak sepi aku mengajaknya foto-foto berdua. Indah sekali saat itu. Namun suasana yang tadinya indah berubah menjadi sedih setelah dia mengungkapkan inti permasalahannya kepadaku.
“Rin sebenernya aku ngajak kamu kesini karena aku….”
Berhenti sejenak.
“karena apa van?”
“aku mau kita putus”
“kenapa van? Kamu serius?”
“sebenarnya dari 3 hari yang lalu aku udah ga cinta sma kamu”
Aku tak berkata apa-apa, sakit rasanya mendengar dia berkata seperti itu. Aku hany terdiam. Ini seperti mimpi aku berusaha bangun dari mimpi ini tapi ini bukan mimpi ini kenyataan yang benar-benar sedang terjadi. Lalu dia melanjutkan berbicara.
“dan sebenarnya 3 hari yang lalu juga aku udah jadian sama Indah”
Aku tak bisa bicara apa-apa lagi. Saat itu ingin sekali aku menamparnya tapi aku tak mau mrnyakitinya seperti dia menyakiti aku. Saati itu aku langsung berlari mrnjauhi dia sambil menangis. Dia pun mengejarku dan menarik tanganku.
“kamu mau kemana Rin? Plis aku mohon janga marah”
“udah lah kamu udah jadian kan sama Indah! Jadi buat apa aku ada di sini? Aku nerima kamu mutusin aku tapi aku kecewa sama cara kamu”
‘tapi Rin, aku minta maaf”
“udah lah ga udah minta maaf hati aku udah terlanjur sakit”
Aku pun pergi berlari menjauhi tempat itu aku marah, kecewa tapi aku tak bisa melakukan apa-apa. Aku harus nerima semua keadaan ini. Aku tak mau mengingat dia lagi. Aku tak ingin terjebak di dalam kenangan masa lalu ku bersamanya. Meskipun rasa cinta ini begitu besar, namun aku akan berusaha melupakan cintanya yang hanya 22 hari.

0 komentar:

Posting Komentar